Tanggal 8 Juni dalam Islam Hari Wafatnya Rasulullah, Ini Kisahnya

Inspirator-rakyat | Tanggal 8 Juni memiliki sejumlah hari dan momen penting di seluruh dunia. Lantas, dalam sejarah Islam, tanggal 8 Juni ini memperingati hari apa?

Ternyata dalam Islam, tanggal 8 Juni merupakan hari kesedihan. Pasalnya hari tersebut adalah hari wafatnya Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun. pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriah atau bertepatan dengan 8 Juni 632 Masehi. Kondisi kesehatan Nabi Muhammad SAW menurun setelah melakukan haji wada’.

“Disepakati bahwa 1 Zulhijah tahun 1445 H jatuh pada hari Sabtu 8 Juni 2024 masehi dan insyallah hari raya Idul Adha jatuh pada 17 Juni 2024,”

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam yang diterbitkan Kementerian Agama RI, disebutkan bahwa Rasulullah wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 Masehi.

Nabi Wafat di Madinah saat Berusia 63 Tahun.

Lantas seperti apa kisah wafatnya Rasulullah SAW? Yuk simak kisahnya biar makin cinta kepada Nabi.

Kisah Wafatnya Rasulullah SAW
Mengutip laman Tebuireng Online, di penghujung usianya, Rasulullah SAW sempat mengalami sakit selama beberapa hari. Ia merasakan pusing dan demam tinggi sejak hari Rabu, dua malam terakhir dari bulan Shafar.

Kala itu Rasulullah SAW berada di rumah Sayyidah Maimunah. Namun ketika merasa sakitnya semakin berat, pada hari Senin Rasulullah meminta untuk dirawat di rumah Sayyidah Aisyah ra.

Di kediaman Aisyah ra. sakit Nabi pun terus bertambah. Nabi dirawat selama sepuluh hari.

Meski demikian Nabi tidak pernah meninggalkan shalatnya. Beberapa kali Nabi bahkan masih mengimami shalat.

Kemudian pada hari Senin berikutnya, sebagaimana dikutip dari NU Online, ketika kaum muslimin hendak bersiap melaksanakan shalat Subuh, Nabi SAW tidak menemui mereka, melainkan hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan memperhatikan umat Islam yang sedang berdiri di shaf-shaf shalat.

Kemudian Nabi tersenyum kepada mereka.

Sahabat Abu Bakar ra yang bersiap untuk mengimami shalat melihat Rasulullah SAW. Ia pun mundur ke barisan shaf karena mengira Nabi akan maju mengimami shalat.

Sahabat Anas ra. pun menuturkan bahwa saat itu kaum muslimin begitu bergembira karena melihat keadaan Rasulullah SAW sampai-sampai mereka hampir terganggu dalam shalatnya.

Mereka mengira Nabi ikut dalam shalat dan mengimami mereka.

Namun Rasulullah memberikan syarat agar mereka melanjutkan shalatnya. Kemudian kembali menurunkan tabirnya.

Setelah itu, Rasulullah sudah tidak mendapatkan waktu shalat subuh lagi.

Ketika waktu Dhuha semakin tinggi, Nabi SAW memanggil anaknya Fatimah. Lalu membisikkan sesuatu kepadanya dan Fatimah pun menangis. Setelah itu, Nabi memanggilnya lagi dan membisikkan sesuatu, kemudian Fatimah tersenyum.

Melihat kejadian itu Ibunda Aisyah bertanya kepada Fatimah tentang hal tersebut.

Fatimah Ra menjawab, “Nabi SAW membisikiku bahwa beliau akan wafat, lalu aku menangis. Kemudian, beliau membisiku lagi dan mengabarkan aku adalah orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau.” (Shahihul Bukhari, II: 638).

Fatimah melihat penderitaan yang dirasakan ayahandanya. Sehingga ia berkata, “Alangkah berat penderitaan ayah!”.

“Sesudah hari ini, ayahmu tidak akan menderita lagi.” Jawab Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memanggil kedua cucunya, Hasan dan Husain kemudian mencium seraya berpesan pada semua orang untuk menjaga kedua cucu kesayangannya tersebut. Nabi juga menasehati istri-istrinya yang lain.

Nabi juga berpesan dan memberi nasehat terakhir kepada semua orang yang ada. “(Perhatikanlah) shalat dan (perhatikan) budak-budak yang kalian miliki!” Beliau menyampaikan wasiat ini hingga beberapa kali.

Detik-detik Terakhir Ajal Rasulullah SAW
Tanda-tanda datangnya ajal pun mulai tampak. Aisyah menyandarkan tubuh Rasulullah SAW di pangkuannya.

Aisyah berkata,” Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat. Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurrahman dan Abu Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku bertanya ,’Kuambilkan siwak itu untukmu?’

Rasulullah memberi isyarat “ya” dengan kepala, lalu ku ambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras bagi beliau, lalu kukatakan,’ku lunakkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi isyarat “ya” lalu kulunakan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke wajah seraya berkata,’La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekarat nya.” (Shahih Bukhari II, 640).

Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangannya yang mulia, atau jari-jarinya mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata, “Ya Allah ampunilah aku; Rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” (Ad Darimi, Misykatul Mashabih, II: 547)

Nabi mengulang kalimat terakhir tersebut sampai tiga kali, lalu tangannya lunglai dan Nabi pun kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Demikianlah, Rasulullah Muhammad SAW wafat pada waktu Dhuha sedang tinggi di hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah atau 8 Juni 632 M. Rasulullah berpulang pada usia 63 tahun lebih empat hari.

Selain itu, “Disepakati bahwa 1 Zulhijah tahun 1445 H jatuh pada hari Sabtu 8 Juni 2024 masehi dan insyallah hari raya Idul Adha jatuh pada 17 Juni 2024.”

K/L : Sandi / NurIndah / Nurbaya / Dewi 

E : Musafir Muin